Wednesday, October 16, 2013

Sebuah Renungan Hidup "Jadilah si Tukang Parkir"

Pada hari Rabu saya beli koran lokal, baca lowongan kerja, masukkan berkas, ikut test dan اَلْحَمْدُ لِلَّهِ  lulus, sy ditugaskan di salah satu daerah yang jauh dari kota kelahiranku Makassar,,( gak usah saya sebutin nama tempatnya ya, hehehe )kejadian ini beberapa tahun yang lalu. Saya tinggal atau ngkost di rumah penduduk dan serumah dengan pemilik kost, akhirnya kami seperti keluarga, suatu hari saya jalan" bersama dengan salah satu ponakan dari bapak kostku sebut saja namanya " melati ( nama samaran ), dia menunjuk ke salah satu rumah kecil, beratap daun rumbia, dinding bambu, berlantai tanah yang jualan bensin botolan karena tinggalnya di poros jalan propinsi,,," rumah itu adalah rumah salah satu paman saya, kata melati" terus si melati ini cerita, sekarang kondisi paman saya ( Sebut saja paman syam ) itu yah seperti ini, pensiunan PNS yang numpang tinggal di tanah orang kemudian dibangunlah rumah ala kadarnya... 

Dulunya paman saya punya rumah batu permanen yang cukup besar, punya beberapa hektar sawah produktif yang panennya 2-3 x setahun, punya belasan angkutan umum, tanah yang ditempati bapak kostmu itu  dulunya milik si paman syam yang mantan orang kaya ini, kemudian dibeli oleh bapak kostmu ( kata melati ), terdengar kabar bahwa paman syam mau menjual tanah dan bangunan tersebut, karena kepanikan bapak kost waktu itu sehingga berupaya keras untuk mendapatkan dana untuk membeli rumah tersebut, ada kata-kata dari paman Syam waktu itu " apa benar kamu mampu beli rumah ini ? Dengan nada yang sangat ragu. 

Cerita inipun pernah saya dengar langsung dari bapak kostku dengan maksud menasehati kami para anak kostnya agar tidak sombong dan tidak boleh kikir ).Ternyata  Bapak kost saya dulu numpang tinggal bersama ibunya yang sudah tua,masa lalu paman syam memang cukup berjaya.  
   
MASA PANEN TIBA.                            

Paman syam sibuk dengan memanen hasil sawah yang berlimpah ruah, penghasilan yang besar dari hasil sawah, hasil setoran angkutan umum dan dari  gaji,,, namun sayang hasil panen sawahnya nyaris tidak pernah di cicipi oleh ibunya yang sudah tua, bahkan ketika saudara maupun ibunya ke kampung pun harus bayar biaya angkutan umum miliknya yang kebetulan sejurusan,," Bu, ibu mau ke kampung? Tapi ibu harus bayar biaya juga ya bu, sama dengan yang lain, kata. Pak supir angkot milik paman syam" masya Allah,,, bapak kost saya langsung nyahut,, iya iya, pasti itu tidak usah khawatir, sambil berusaha tidak terlihat kecewa karena merasa bahwa ibunya pasti lebih kecewa karena dianggap orang lain,,,bisa dibayangkan betawa terpukul dan kecewanya ibu tua itu " sambil menyapu dada setiap kali mendapatkan perlakuan yang seperti itu.                                       Kok saat ini kehidupan paman syam bisa berubah 360 derajat ya?                                             

SOPIR ANGKOT YANG SERING NGEBUT DAN LALAI.                              
mengakibatkan mobil menabrak mobil lainnya, bahkan para sopir - sopir angkot milik paman syam sering menabrak sehingga orang lain kehilangan nyawa,, ini berlangsung berulang - ulang, sopir masuk penjara dan paman syam wajib membayar biaya yang sangat besar untuk keluarga korban dan untuk menebus atau membayar agar sopir tersebut bisa tidak dipenjarakan. Biaya tersebut diperoleh dari hasil jual sawah, paman syam memilih menjual sawah dari pada menjual angkot karena angkot angkot memiliki penghasilan harian dan sawah berpenghasilan perempat bulan. Kejadian berulang-ulang dan sawahpun melayang satu persatu,,rumah tinggal melayang untuk biaya-biaya ganti rugi, akhirnya mobil angkutan umum pun melayang satu persatu tidak tersisa, hasilnya paman syam kehilangan sawah, rumah, dan angkutan umum, begitu pula dengan penghasilan dari sawah dan angkutan umum tersebut. Saat ini paman syam tinggal di tanah milik orang, hidup dari hasil jualan bensin eceran dan gaji pensiun yang sudah berkurang. Itulah kisah hidup yang bisa jadi pelajaran untuk kita semua, jangan menyakiti hati keluarga apalagi ibu, dengan cara apapun, termasuk dengan cara sifat kikir dan sombong yang kita miliki ANGGAPLAH DIRI KITA  adalah " TUKANG PARKIR ", memiliki banyak mobil tapi tidak sombong karena sewaktu-waktu mobil tersebut akan diambil oleh pemiliknya yang asli ", begitu pula dengan harta, kedudukan dan materi yang kita miliki, semua hanya titipan dan dapat diambil oleh pemilik yaitu Allah swt, kapanpun dan dengan cara yang tidak diduga-duga. Semoga bisa jadi bahan renungan, terutama buat saya juga pembaca lainnya

Powered by Telkomsel BlackBerry®

No comments:

Post a Comment